info@karavan.id
Follow Us:
Parfum Vanila: Formulasi hingga Cara Pembuatan

Parfum Vanila: Formulasi hingga Cara Pembuatan


Parfum merupakan salah satu kosmetik yang diformulasikan dari campuran minyak atsiri atau senyawa kimia sintetis yang memiliki sifat aromatik, fiksatif untuk mempertahankan aroma, dan solven. Parfum merupakan salah satu kosmetik yang menjadi favorit karena fungsinya, yaitu digunakan untuk memberikan keharuman pada tubuh manusia, benda, atau ruang tertutup serta sebagai bahan tambahan dalam berbagai formulasi kosmetik untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang. 

Kategori parfum dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu ekstrak parfum (20-30%), Eau de Perfume (8-15%), Eau de Toilette (4-8%), dan Eau de cologne (1-3%). Karakter yang membedakannya satu sama lain dari ketiga jenis parfum tersebut, yaitu berdasarkan proporsi pelarut yang tercampur di dalam sediaan sehingga akan berpengaruh pula terhadap ketahanan parfum ketika dipakai.

Parfum dapat diformulasikan menjadi tiga komponen berbeda, yaitu top note, yang terdiri dari 15-25% dari total komposisi, middle note yang terdiri dari 30-40%, dan base note yang terdiri dari 40-55% dari formulasi wewangian akhir. Komponen ini dibentuk berdasarkan pada tingkat kecepatan penguapan molekul wewangian ke atmosfer. Senyawa dalam bagian top note dicirikan oleh penguapannya yang cepat dalam 15 menit pertama, diikuti oleh middle note, dan terakhir base note. Jenis aroma yang biasanya digunakan untuk top notes meliputi aroma citrus, hijau, dan buah-buahan, aroma middle notes mencakup wewangian bunga dan rempah-rempah, sedangkan base notes terdiri dari aroma kayu dan aroma turunan yang berasal dari hewan.

Sintesis Senyawa Dari Vanillin Untuk Dijadikan Parfum

Indonesia merupakan negara yang kaya dan memiliki banyak keanekaragaman tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku parfum. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai zat aromatik adalah vanillla (Vanilla planifolia A). Vanilla dikenal sebagai tumbuhan penghasil vanillin yang terkandung di dalam buahnya. Vanilin memiliki bentuk serbuk putih yang menjarum. Umumnya, vanilin telah dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan minuman karena vanilin memiliki aroma yang khas. Vanilin memiliki nama kimia 4- hidroksi-3-metoksi benzaldehida (C8H8O3) dan termasuk dalam golongan senyawa fenol. Buah vanilli dapat diekstrak untuk pengambilan atau sintesis senyawa mentil vanilat melalui tahapan oksidasi senyawa vanillin dalam buah menggunakan oksidator AgNO3, sehingga diperoleh senyawa asam vanilat yang selanjutnya dilakukan reaksi esterifikasi dengan reagen mentol. Sistesis tersebut dilakukan melalui tahapan:

  1. Oksidasi senyawa vanillin

Oksidasi ini dilakukan melalui tahapan pelarutan AgNO3 ke dalam larutan NaOH pada suhu ruangan. Setelah itu, endapan Ag2O yang berwarna coklat kehitaman serta garam NaNO3 yang larut dalam air diperoleh. Endapan Ag2O yang terbentuk kemudian disaring lalu dicusi dengan akuades. Kemudian, oksidasi basah Ag2O dilakukan dengan penambahan 40 mL aquades, 3,93 g (97 mmol) pellet NaOH lalu diaduk kuat, kemudian temperatur dinaikkan. Ketika temperatur telah mencapai 55- 60°C, vanillin 3,04 g (20 mmol) dimasukkan dan diaduk kuat selama lebih kurang 10 menit. Lalu, campuran disaring dengan kertas saring dan filtratnya diasamkan dengan asam sulfat pekat hingga terbentuk kristal asam vanilat yang tidak larut lagi. Kristal asam vanilat yang terbentuk kemudian difiltrasi lalu dicuci dengan akuades yang selanjutnya dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan aquades dengan perbandingan 1:1 (v:v). Larutan organik yang terbentuk dipisah kemudian dikeringkan sehingga diperoleh asam vanilat yang murni. Kristal asam vanilat yang telah terbentuk dikumpulkan kemudian rendemennya dihitung lalu dilakukan uji titik leleh dan diidentifikasi mengggunakan spektrofotometer FTIR untuk melihat perbedaan dengan senyawa bahan dasarnya.

  1. Esterifikasi senyawa vanillin

Asam vanilat yang telah diperoleh kemudian diambil sebanyak 1,5 g (0,0089 mol) kemudian ditambahkan ke dalam SOCl2 sebanyak 2 mL (0,02 mol) dalam labu leher tiga dengan kapasitas 250 mL. Selanjutnya, campuran direfluks pada suhu 45°C selama 1 jam. Setelah itu, campuran didinginkan dalam penangas es hinggga suhu mencapai 10°C. Setelah itu, vaniloil klorida dialiri gas N2, lalu ditambahkan mentol sebanyak 2,78 g (0,0178 mol) yang dimasukkan sedikit demi sedikit melalui corong penambah lalu ditambahkan dengan 1 tetes piridin untuk mengikat HCl sisa reaksi. Campuran kembali direfluks selama 30 menit. Hasil yang diperoleh ditambah dengan Na2SO4 anhidrat dan kemudian disaring. Filtrat yang didapatkan ditimbang kemudian dihitung rendemennya dan dianalisis menggunakan FTIR dan 1HNMR.

  1. Uji organoleptik

Pembuatan parfum dengan vanillin ini kemudian diuji organoleptik dengan tujuan untuk menguji senyawa hasil sintesis yang diaplikasikan sebagai parfum. Uji organoleptik dapat dilakukan dengan kriteria tertentu, misalnya keharuman aroma, ketajaman aroma, dan tingkat kesukaan terhadap aroma yang dihasilkan.

 

Formulasi Parfum

Parfum memiliki beberapa jenis, salah satunya, yaitu jenis EDP (Eau de Perfume) dapat diformulasikan melalui beberapa komponen yang mencakup top notes, middle notes, dan base notes. Sebagai contoh, komponen yang dapat diformulasikan, yaitu top notes (persik putih), middle notes (melati, sakura, dan greentea), dan base notes (cendana dan vanila) yang dicampur di dalam gelas kimia. Larutan tersebut kemudian diaduk hingga mencapai homogenitas dan kemudian dilakukan uji evaluasi dengan mengoleskan larutan pada kertas uji aroma. Formulasi wewangian yang terbukti cocok dapat dilanjutkan menjadi formulasi yang kemudian disiapkan sebagai produk jadi. Uji evaluasi dalam formulasi parfum dilakukan dengan uji sebagai berikut.

  1. Uji organoleptik

Uji organoleptik meliputi evaluasi terhadap tiga parameter utama, yaitu homogenitas, keseragaman warna, dan konsistensi formula.

  1. Uji ketahanan aroma

Evaluasi ketahanan aroma dilakukan dengan menyemprotkan larutan parfum ke kertas uji.

  1. Uji spot

Uji spot dilakukan dengan mengoleskan parfum pada kertas berwarna cerah, diikuti dengan pengukuran diameter bercak yang dihasilkan dengan menggunakan jangka sorong. Tingkat penyebaran parfum yang lebih besar mengindikasikan kualitas yang superior.

  1. Uji hedonik

Evaluasi hedonik dilakukan oleh panelis dengan cara setiap panelis menilai sampel EDP berdasarkan persepsi sensorik dan respons emosional mereka.

  1. Evaluasi Sensori

Evaluasi sensori melibatkan panelis yang ditugaskan untuk mengevaluasi sampel parfum yang selanjutnya panelis diminta untuk menilai atribut penciuman dari setiap sampel berdasarkan ketajaman indera mereka.  Evaluasi sensorik meliputi penilaian aroma dari sampel parfum dengan metode deskriptif.

Sumber:

Putri, T., Handayani, K. Y., & Reza, M. (2023). Formulation and Evaluation of Eau De Parfume (EDP) Floral Aroma Characteristics. Indonesian Journal of Cosmetics, 1(1), 19-28.

Risnandar, A. I., & Prabawati, S. Y. (2019). Sintesis Senyawa Mentil Vanilat dari Vanilin dan Aplikasinya sebagai Parfum. ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 3(2), 61-69.


By rindi| April 27th, 2024 | article


Categories Clouds